Aku tak pernah berharap bahwa ini akan terjadi padaku. aku yang sering mempermainkan wanita kini mendapat karma yang seharusnya aku terima. Untuk pertama kalinya aku merasakan sebuah sakit akibat seorang wanita. Kisahnya berawal dari sini.
Aku yang terkenal banyak memiliki pacar dan telah mendapat gelar Playboy kampus. Sebuah gelar yang katanya sakral bagi seorang lelaki, merasa bangga dengan titel seperti itu. Itulah yang kurasakan ketika berhasil mempermainkan perasaan banyak perempuan.
Kubuat mereka terpedaya dengan wajah polosku, membuat mereka terhanyut dengan kata-kata manisku hingga mereka terjerat harapan cinta palsu dariku. Hingga banyak yang telah berkorban materi untuk harapan palsu itu.
Ilustrasi : Cinta Palsu / freepik.com |
Bagiku yakin, tak akan sanggup seorang wanita pun mampu menolak aku, dan dengan keyakinan itulah aku menjadi seorang yang memiliki banyak tambatan hati.
Hingga satu kejadian ini berawal, sebuah pagi yang cerah dan indah. Seperti biasa, aku yang tiap hari sebelum masuk kampus berada di taman depan kampus. Bercanda tawa dengan salah satu gadis yang berharap padaku. Pagi itu aku lihat seorang gadis berjalan. Aku baru pertama kali melihat gadis itu, karena aku udah hafal semua wajah gadis di kampus aku.
Aku masuk kampus, jam pelajaran di mulai, tetapi sebelum pak dosen memberikan materi pelajaran, ia memperkenalkan seorang gadis yang kulihat tadi di taman. Ia pindahan Sebuah kampus dari provinsi lain. Ia ikut orang tuanya yang dipindahkan tugas.
Kulihat gadis itu sangat manis, polos dan lugu. Ia mulai memperkenalkan diri, suaranya lembut, tutur katanya sangat sopan dan teratur. Dalam hatiku berkata, "oh Tuhan, sempurnanya Engkau ciptakan anak manusia yang satu ini". Mungkin ini yang dimaksud cinta pada pandangan kedua.
Setelah memperkenalkan diri ia duduk di dekatku, karena memang tak ada gadis lain mau duduk disamping aku karena mereka takut akan terjebak harapan palsu yang sering ku gelontorkan pada setiap pacar-pacarku. Kami berkenalan singkat saja, menanyakan nama dan tempat tinggal lalu pak dosen melanjutkan materi yang ia ajarkan.
Kembali kerumah aku terus terbayang wajah gadis itu, ini pengalaman pertama aku memikirkan seorang perempuan. Tak pernah terjadi hal seperti ini sebelumnya padaku. Mungkinkah aku benar-benar jatuh cinta? Oh tidak, ini tidak mungkin.
Perasaan itu terus menghantuiku, wajah manis itu terus terbanyang yang terkadang membuatku melamun bahkan ketika bersama kawan-kawan atau pacar ku.
Baca juga :
Esoknya dikampus, kulihat lagi gadis itu. Masih tampak seperti kemarin, manis, ayu tak bisa aku gambarkan apa yang kulihat saat itu. Aku memanggilnya dan ia berbalik. Lalu aku melambai agar ia datang menghampiriku. Sungguh di luar dugaan, ia menghampiriku dan menyapaku dengan kata singkat "hai" yang membuat jantungku berdeguk kencang. Saya tak bisa menjawab, seakan tak percaya bahwa ia benar-benar menanggapi lambaianku.
Lama aku terdiam bengong campur kagum, melihat sosok bidadari yang ada di hadapanku. Lalu ia kembali berkata "ada apa". Aku tersadar, dengan suara terbata-bata aku menjawab, "tidak apa-apa". Dan mulailah sejak itu kami akrab.
Aku mulai banyak menghabiskan waktu dengannya, sehingga pacar-pacarku nyaris tak kuperdulikan lagi. Dikampus, ditaman, di perpustakaan kami selalu bersama. Bahkan saat pulang pun tak segan aku menawarkan untuk mengantar.
Dari situlah perasaan dalam hatiku semakin tumbuh subur, bak jamur di awal musim hujan. Hingga akhirnya pada suatu hari aku berencana untuk menembak gadis itu. Dan mulailah aku menyusun rencana dengan sangat matang.
Pulang kampus saya mengajaknya ke taman kota. Alasannya sekedar mencari makanan ringan, padahal di taman itu telah tersusun sebuah skenario cinta untuk menaklukkan hati bidadariku. Sampai di taman, seorang pengamen menghampiri, tentunya bukan pengamen biasa tetapi orang yang telah aku sewa. Menyanyikan lagu merdu yang membuat siapapun hanyut dalam syairnya. Dan setelah lagu mulai dilantunkan, aku permisi ke toko penjualan makanan ringan.
Lama aku berdiri di toko itu menunggu pesanan dan lagu tetap mengalun dan mulailah para pejalan kaki yang ada di taman itu menghampiri gadis pujaan hatiku. Memberi setangkai bunga mawar padanya dan sebuah kertas bertuliskan "maukah kamu jadi pacar aku" atau tulisan lain "aku mencintaimu". Jumlah bunga mawar dan orang memberi ada 100 dan tentulah aku tau karena aku yang membelinya. Awalnya ia kaget, kemudian tersipu malu dan bertanya pada setiap orang yang memberinya "ini bunga dari siapa". Tapi tak ada yang menjawab.
Saya lalu menghampirinya, membawa setangkai bunga mawar pula. Ia terlihat heran karena yang ku bawa bukan makanan ringan tetapi setangkai bunga mawar. Dan bunga yang kubawa tak ada kertas bersamanya yang bertulikan "maukah kamu jadi pacar aku atau tulisan aku mencintaimu".
Baca juga :
Ia bertanya "Kertasnya mana", dan aku jawab "kertasnya tak ada karena aku ingin mengatakannya langsung". Ia tampak heran dan akhirnya mengerti alasan ia aku ajak ke taman. Tak keluar sedikit pun kata dari mulutnya. Ia lalu berdiri dengan mimik muka marah. Matanya berkaca, lalu ia beranjak pergi.
Aku memanggilnya, mengikutinya dari belakang dan berkata "apa aku salah". Ia tak menjawab dan tak berbalik, langkahnya semakin cepat kemudian ia berlari dan hilang di antara ramai pejalan kaki.
Aku serasa baru saja di tampar dengan keras. Belum pernah aku di perlakukan seperti ini, belum pernah seorang gadis pun yang menolakku. Tak butuh waktu untuk menjawab pernyataanku. Tapi dia lain, dia tak memberikan jawaban, menggantung harapanku dan membuat seribu tanya dalam hatiku.
Esoknya kami bertemu di kampus, dan ia memberikan sebuah surat padaku. Dan ia berkata "Ini hari terakhir aku di sini, Aku akan pindah ke kampus lain". Sontak saya kaget, dan hati saya seperti disayat, tak rela rasanya jauh dari gadis impianku. "Apakah karena aku kamu pindah?" kucoba bertanya mencari tau. Dan ia jawab "iya, semua jawabanya ada dalam surat itu". Lalu ia beranjak pergi.
Saya hanya bisa melihat ia pergi, dan saya tetap berdiri tempat saya dengan memegang surat yang ia berikan. Saya buka kertas itu dan membaca isinya.
"Maafkan aku tak menjawab pernyataan cintamu di taman, bukan maksud aku berbut seperti itu. Aku ada di kampus ini karena permintaan saudari sepupuku. Salah satu gadis yang pernah engkau berikan harapan palsu. Sungguh aku sama seperti mu, memiliki perasaan cinta dalam hatiku terhadapmu, tapi aku takut, bahwa aku akan bernasib sama seperti saudariku, mendapat cinta dan harapan palsu. Lebih baik aku pindah menjauh darimu, sebab aku tak ingin menyakiti perasaan saudariku, yang mengantarkan aku padamu dan sangat mencintaimu".
Aku hanya bisa menyesali diri, mengapa aku menjadi seorang yang playboy, menyakiti banyak hati dan kini aku pun merasakan dan rasanya teramat perih. Lama aku berdiri di tempatku, lalu aku beranjak menuju pintu gerbang kampus berharap pujaan hatiku belum pergi dan benar aku belum terlambat. Kulihat dari jau ia berjalan menuju ke arah ku. Jalannya menunduk seperti tak mau melihat aku, dan berlalu di hadapanku.
Aku memanggilnya "tunggu" kataku, "aku ingin bicara sebelum kamu pergi". "Aku tulus mencintaimu, tak ada niat menyakitimu, pertama kali aku merasakan seperti ini, tolong jawab aku, apakah kamu mau jadi pacarku dan ijinkan aku mencintaimu walau sedetik saja". Ia membalikkan badan, dan menatap kearahku, kulihat matanya berkaca, dan ia mejawab pertanyaaku dengan senyuman kemudian pergi dan berlalu.